Senin, 26 Juni 2017

IBU ADALAH MADRASAH (UTAMA)

Beberapa waktu yang lalu saya menemui tulisan ini di dinding sebuah sekolah di pusat kota Kairo. Yang maksudnya lebih kurang begini:

"Ibu adalah madrasah (utama), jika engkau mempersiapkannya; maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik yang tangguh"

Kemudian, saya teringat kepada sesosok Ulama, yang saat ini salah satu dari karyanya dalam garapan saya (semoga cepat kelar), beliaulah Syeikh Ahmad Az-Zahid, seorang ulama yang hidup pada abad ke 8 Hijrah.

Beliau adalah seorang ulama yang memiliki perhatian khusus kepada kecerdasan para Ibu. Beliau memiliki pengajian khusus yang hanya dihadiri oleh para wanita saja. Bisa dikatakan, saat itu inilah pengajian khusus pertama yang diperuntukkan untuk kaum Ibu. Tentunya salah satu tujuan beliau adalah untuk mempersiapkan generasi terbaik.

-

Saya selalu tertarik untuk membaca, melihat dan mendengar segala hal yang berhubungan dengan kesuksesan para Ibu dalam mencetak generasi-generasi hebat. Karena saya meyakini, dibalik kesuksesan seseorang, pasti ada sosok Ibu yang hebat yang selalu mendoakan dan mendukung. 

-

Ibunda Imam Abu Hanifah…
Dalam sebuah kisah yang sangat masyhur disebutkan bahwasannya kedua orang tua Imam Abu Hanifah adalah dua orang insan yang dipertemukan dalam sebuah ketaatan. Ayahnya adalah seorang yang selalu menjaga perutnya dari segala makanan yang haram dan Ibunya adalah seorang wanita sholehah yang selalu menjaga, mata, telinga, tangan, kaki dan lisannya dari perkara-perkara yang haram.

Sehingga dari pasangan sholeh ini lahir generasi terbaik pada zamannya Imam Abu Hanifah, Nu'man bin Tsabit ra, salah seorang Imam Mazhab yang empat yang hingga saat ini fiqih dan ilmunya masih dipakai oleh jutaan umat manusia.

-

Ibunda Imam Malik…
Tak kala Imam Malik memasuki masa kanak-kanak, Ibunya memasangkan kepadanya sebuah sorban dan jubah layaknya seorang Ulama. Sang bunda berkata: " Wahai Malik pergilah ke majelisnya Rabi'ah dan belajarlah adab darinya sebelum engkau mempelajari Ilmunya". Sehingga saat ini semua umat muslim dari barat ke timur mengenal nama Imam Malik ra.

-

Ibunda Imam Syafi'i…
Ibunda Imam Syafi'i adalah seorang wanita yang cerdas dan faqih. Suatu ketika ia diminta oleh hakim untuk memberikan kesaksian bersama seorang wanita yang lain. Maka sang handak memisahkan antara Ibunda Imam Syafi'i dengan wanita yang lain untuk mendengarkan kesaksian keduanya dengan terpisah. Ibunda Imam Syafi'i dengan kecerdasannya tidak menerima hal itu karena hal tersebut menyalahi ketentuan syariat. Beliau membacakan sepotong ayat dalam surat Al-Baqoroh ayat 282:
"… Jika tidak ada dua orang laki-laki, maka boleh dengan seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu redhoi, supaya jika seorang lupa, maka yang seorang mengingatkannya…".
Akhirnya sang hakim mengagumi kecerdasan Ibunda Imam Syafi'i dan mengabulkan penolakannya untuk dipisah.

Konon dikatakan karena kecintaan Imam Syafi'i kepada Ibundanya, ia menulis sebuah buku yang sangat fenomenal hingga saat ini yang beliau beri nama "Al-Um" yang artinya "IBU".

-

Ibunda Imam Ahmad Bin Hambal…
Imam Ahmad bin Hanbal hidup dalam keadaan yatim, ayahnya meninggal pada usia 30 tahun dan Ibunya lebih muda dari usia ayahnya. Walaupun telah ditinggal suami tercinta dalam usianya yang sangat muda, Ibunda Imam Ahmad memilih tidak menikah lagi demi sang anak. Ia hanya ingin memenuhi segala kebutuhan lahir dan batin pendidikan dan agama anaknya. Usaha Ibunda Imam Ahmad bin Hanbal tidaklah sia-sia, Imam Ahmad tumbuh dewasa dan menjadi Ulama yang kitab-kitabnya selalu dibaca dan dipelajari hingga kini.

Konon dikatakan, Imam Ahmad Bin Hambal menikah pada usia yang sudah cukup lanjut yang disebabkan kecintaanya kepada Ibunya, sehingga hari-harinya disamping menyampaikan Ilmu juga untuk merawat Ibunya.

-

"Jika saja Ibu adalah Madrasah, maka Ayahlah Kepala Sekolahnya".


Sebuah Madrasah favorit jika dikelola oleh seorang Kepala Sekolah yang berkompeten dan berkreadibilitas, maka Madrasah itu akan dapat menghasilkan alumni yang tangguh, kuat dan cerdas. Maka kenalilah diri kita masing-masing…".



0 komentar:

Posting Komentar