Senin, 26 Juni 2017

HARAPAN TERBESAR

Bercita-cita membahagiakan kedua orang tua adalah sebuah cita-cita yang sangat mulia. Dalam setiap detik hidup, tidak ada yang mereka tunggu melainkan kesuksesan seorang anak. Namun tahukah kita, apa sebenarnya harapan terbesar setiap orang tua dalam hidup mereka terhadap anak-anaknya?

Memiliki pendidikan tinggi, title yang banyak dan gaji yang besar bukanlah inti dari harapan-harapan mereka. Bahkan Ibu saya tak paham apa itu Lc., MA., DR., ataupun Professor. Mereka tak paham apa itu Skripsi, Thesis atau Disertasi.

Lalu apa sebenarnya harapan terbesar mereka?

Seorang senior saya yang saat ini menempuh pendidikan Doktoral bercerita: "Alhamdulillah harapan terbesar ayah sudah saya penuhi sebelum beliau dipanggil sang maha kuasa. Dulu sebelum berangkat keluar negeri untuk kuliah, beliau selalu berharap ingin melihat saya tampil 'berkhotbah' dan 'mengimami' sholat berjamaah di mesjid dekat rumah". Alhamdulillah, betapa bahagianya beliau beberapa hari sebelum kepergiannya melihat saya berkhotbah tanpa teks dan mengimami sholat dengan bacaan terbaik sayayang telah lama saya persiapkan. Saat itulah saya melihat tangis haru beliau yang terakhir kalinya sebelum mereka meninggalkan kami selama-lamanya".

Dalam sebuah acara 'talk show', Walikota Bandung Kang Emil pernah menyampaikan satu harapan terbesar Ibunya yang belum bisa beliau penuhi sampai saat itu, yaitu sang Bunda ingin melihat Kang Emil berkhotbah pada hari Jumat dan mengimami sholatnya. –Semoga dimudahkan ya Kang, untuk memenuhi harapan Ibundanya tercinta-.

Begitu juga dulu saat saya masih bersekolah di Aliyah, salah satu harapan terbesar mereka saat itu adalah melihat saya berkhotbah di hari Jumat dan beliau dibelakang sebagai makmum mengaminkan Surat Alfatihah yang saya baca.

Itulah sebenarnya harapan terbesar setiap orang tua. Harapan mereka tidaklah muluk-muluk sebagaimana yang dipikirkan para anak. Menghajikan, mengumrohkan, memberikan tempat tinggal yang layak, rumah yang mewah, belanja tiap bulannya, keliling dunia dan banyak hal-hal besar yang sering dipikirkan para anak untuk membahagiakan orang tuanya yang sebenarnya itu bukanlah harapan terbesar mereka.

Apakah kita seorang Professor, Doktor, Presiden, Gubernur, Walikota, Bos sebuah perusahaan besar, ataupun seorang Ulama besar, mereka kadang tidak peduli dan tidak paham dengan itu semua. Namun yang mereka pahami, kita adalah seorang anak yang mereka gantungkan harapan-harapan terbesarnya dalam hidup pada kita anak-anaknya.

Yang mereka harapkan, bagaimana saat detik-detik terakhir nafas mereka, kita para anak hadir disamping mereka sambil membimbing 'mentalqinkan' mereka kalimat syahadat di telinga kanannya.

Yang mereka harapkan, kita hadir dalam memandikan jenazah mereka, sehingga orang lain tak perlu melihat aurat mereka dan tau aib kekurangan mereka.

Yang mereka harapkan, kitalah yang menyiapkan kain kafan bagi mereka dan memakaikan sebagai pakai terakhir yang akan mereka bawa mengahadap sang pencipta.

Yang mereka harapkan, kita berada dibarisan terdepan mengimami sholat jenazah mereka yang terakhir kalinya. Karena tidak ada lagi sholat yang akan menyertai mereka setelah itu.

Yang mereka harapkan, kitalah yang meletakkan mereka di pembaringan terakhirnya. Walau bebantalkan sebongkah tanah, namun saat anaknya yang membuatkannya, mereka berharap semoga Allah menggantikannya dengan bantal paling empuk yang tak pernah ada.

Dan harapan terakhir mereka adalah 'Doa' para anak yang menyertai mereka dalam setiap sujud anak-anaknya.


Siapapun kita, apapun gelar kita, seberapapun tinggi jabatan kita, tidak ada yang menjadi harapan terbesar setiap orang tua, melainkan kebahagiaan saat detik-detik terakhir dalam hidup mereka sebelum kalimat perpisahan perpisahan itu mereka ucapkan " Asyhadu Alla iIlaaha Illallaah, Wa Asyhadu anna Muhammadar Rosulullah".

0 komentar:

Posting Komentar