Coba perhatikan kisah berikut, yang hadits lengkapnya terdapat dalam
Sahih Bukhari.
Ketika terjadi perang Yamamah, Umar Bin Khattab mengkhawatirkan
hilangnya Al-Quran dengan banyaknya para huffaz yang syahid di medan
pertempuran. Maka Umar menemui Abu Bakar As-siddiq dan setelahnya kemudian
menemui Zaid Bin Tsabit untuk mengajukan usulan pengumpulan Al-Quran.
Coba perhatikan apa tanggapan Abu Bakar dan Zaid Bin Tsabit pada awalnya,
ketika mereka mendengarkan usulan dari Umar Bin Khattab ,"Bagaimana kamu
akan melakukan sesuatu yang tidak pernah contohkan oleh Rasulullah SAW?".
Namun apakah berhenti sampai disana saja? Tidak…
Maka terjadilah dialog antara mereka, dan Umar Bin Khattab memberikan
hujjah dan pengertian pada Abu Bakar dan Abu Bakar kemudian memberikan
penjelasan pada Zaid Bin Tsabit, sehingga Allah SWT melapangkan hati mereka
semua dan Al-Quran kemudian dikumpulkan.
---
Coba lihat apa kata Zaid Bin Tsabit ketika awal mendengar usulan
Umar," Bagaimana kamu akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dicontohkan
oleh Rasulullah SAW". Kemudian apa jawab Umar Bin Khattab "Wallahi,
ini adalah sesuatu yang baik".
Ungkapan "Bagaimana kamu akan melakukan sesuatu yang tidak pernah
dicontohkan Rasulullah" saat ini begitu masyhur ditelinga kita. Namun
kebanyakan orang hanya melihat hadits ini sepotong ini saja tanpa mencoba
melihat apa yang dilakukan Umar Bin Khattab selanjutnya, yaitu memberikan
hujjah dan alasan.
Jika kita mau mencoba membaca lanjutan haditsnya, maka kita akan
mendapati perkataan Umar "Wallahi, ini adalah sesuatu yang baik"
setelah semua hujjahnya disampaikan pada Abu Bakar dan Zaid Bin Tsabit.
---
Fenomena dewasa ini, kebanyakan orang hanya mencoba memahami hadits ini
sepotong-sepotong saja sehingga mereka menutup pintu hujjah bagi orang lain.
Namun ada juga sebagian orang yang mencoba membuka jalur diskusi, namun
semuanya tetap juga akan kembali pada hujjah sepotongnya" Jika tidak
dilakukan Rasulullah, jangan kerjakan, Bid'ah".
Ungkapan "Bagaimana kita akan melakukan sesuatu yang tidak pernah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW" ini bukanlah Hujjah mati, namun perlu
ditimbang dengan dalil-dalil dan hujjah lain sebagaimana yang dilakukan oleh
Umar Bin Khattab, sehingga kita tau apakah hal yang tidak pernah dicontohkan
oleh Rasulullah SAW tersebut boleh dilakukan atau tidak.
Kalaulah seandainya perkataan ini menjadi Hujjah mati dan tidak bisa
diberi ampun, tentu Umar Bin Khattab akan ber taraju' dari usulannya karena
Hujjah yang diberikan Abu Bakar dan Zaid bin Tsabit adalah hujjah mati. Namun
apa yang terjadi akhirnya, mereka menerima hujjah Umar dan akhirnya Umarpun
mengungkapkan,"Wallahi,, ini adalah sesuatu yang baik".
---
Hari ini, sebagian orang tidak mau menjadi Abu Bakar dan Zaid Bin Tsabit
dengan sempurna saat mendengarkan Hujjah dari Umar Bin Khattab. Walau awalnya
mereka menolak karena kekhawatir , namun mereka membuka ruang hujjah bagi Umar
dan menimbang semuanya dengan timbangan ilmu hingga Allah SWT melapangkan
hati-hati mereka.
Maka jadilah Abu Bakar As-Siddiq dan Zaid Bin Tsabit dengan sempurna,
jangan separoh-separoh. Disaat awalnya mereka menolak usulan Umar dan kemudian
Allah melapangkan hati mereka dan menerima usulan Umar.
Disaat Abu Bakar dan Zaid Bin Tsabit mau menerima uslulan Umar berkat
rahmat Allah dengan dilapangkannya hati mereka, namun saat ini banyak orang
yang tidak pernah bisa menerima hujjah dan pendapat orang lain walaupun dengan
hujjah yang sangat kuat sekalipun.
Apakah hal ini pertanda bahwa Allah SWT telah menutup pintu-pintu hati
kita??? Wallahualam…
0 komentar:
Posting Komentar