Ada kesan di mata masyarakat, menjadi
guru mengaji adalah pekerjaan yang dipandang sebelah mata. Bahkan tak jarang
mereka dianggap pengangguran yang tak bermanfaat bagi masyarakat.
Secara umum, mindset masyarakat dipaksa
untuk menjadikan standar kesuksesan seseorang adalah ketika ia menjadi PNS.
Sehingga ketika seseorang menjadi guru mengaji ada kesan bahwa ia adalah orang
yang gagal.
Secara hitung-hitungan Matematika,
masyarakat benar. Seorang pegawai akan mendapatkan aliran gaji bulanan,
tunjangan bulanan, tunjangan hari raya, gaji 13, tunjangan transportasi,
tunjangan makan dan tunjangan-tunjangan lainnya. Dengan kata lain seorang
pegawai punya persediaan uang yang cukup untuk hidup di masa depan.
Bagi guru mengaji, boro-boro dapat uang
gaji bulanan, bahkan sekali setahun saja kadang tidak. Bagaimana mereka akan
mendapatkan gaji, kadang malah mereka berkorban harta untuk bisa tetap mengajar
mengaji.
Orang tua lebih tertarik pada pendidikan
yang menghasilkan uang. Les bahasa inggris 2 juta perbulan, biasa. Les
matematika 1,5 juta perbulan, ringan. Les fisika 1 juta perbulan, kecil. Karena
terawangan mereka telah jauh kedepan, " Kalau anak saya bisa Bahasa
Ingris, pintar Matematika dan pintar Fisika, peluang kerjanya akan mudah dan
bisa kaya".
Namun ketika uang iuran bulanan TPA yang
hanya sepuluh ribu rupiah jatuh tempo, kadang mereka dengan enteng
mengatakan," Katakan pada ustadznya, ngutang dulu". Subhanallah.
Kenapa bisa demikian? Karena mengaji bagi
sebagian orang tua hanya sekedar pelepas tanggung jawab pada anak agar dapat memperoleh
ijazah khatam Al-quran untuk kemudian dijadikan syarat melanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama, karena sekolah-sekolah favorit mensyaratkannya. Dan
kahir-akhirnya juga uang.
Mendidik anak
agar menjadi anak yang cerdas, berpendidikan tinggi dan bekerja yang layak
adalah sesuatu yang sangat bagus. Namun jangan kita lupa, semua hal tersebut
akan kita tinggal selepas berakhirnya masa hidup di dunia. Akhirnya yang dapat
kita bawa ke kubur nantinya hanyalah nilai-nilai rohani dan cadangan amal dari
mengaji dan kesinambungan dari nilai-nilai didikan subuh kita dan anak-anak
kita dulunya.
Menjadi guru
mengaji adalah pekerjaan yang paling mulia. Guru mengaji adalah orang yang
paling banyak pahalanya disisi Allah yang tidak akan putus-putus.
Jika seorang
guru mengaji mengajarkan satu surat Al-Fatihah saja pada seseorang, maka setiap
kali orang tersebut sholat dan membaca surat Al-Fatihah, maka bagian pahala
bagi sang guru mengaji akan ikut mengalir. Kemudian jika ia mengajarkan pada
orang lain, maka sang guru mengaji juga akan mendapat ercikan pahalanya. Begitulah
hingga hari kiamat. Mereka akan mendapatkan turunan pahala bak MLM yang marak
saat ini.
Itu baru satu
surat Al-fatihah, bagaimana kalau seorang guru mengaji mengajari Al-quran 30
juz penuh.
Memang secara
hitung-hitungan matematika Manusia mereka akan kalah telak, tapi jika dipakai
hitung-hitungan Matematika Allah, mereka menang jauh dari pekerjaan-pekerjaan
yang lain. Karena ketahuilah, hitungan-hitungan hanya akan dipakai di dunia,
sedangkan hitung-hitungan Allah akan dipakai di dunia dan akhirat.
-
Semoga rahmat
dan karunia_Nya tetap tercurah kepada para guru mengaji dan guru-guru TPA kita
yang telah mengajari Al-Quran dari Al-Fatihah hingga An-Nas dulunya.
Jika ada
waktu, sempatkanlah mengunjungi mereka dengan pangkat dan gelar yang kita
pegang saat ini. Dengan kedatangan kita, prestasi kita, jabatan kita yang ada
saat ini dan kita menceritakan itu semua pada mereka, katahuilah tidak ada
kebahagian yang mereka rasakan kecuali melihat prestasi dan keberhasilan kita.
Dan
ketahuilah, mereka para guru mengaji tidak akan pernah meminta balas jasa.
Hanya satu yang akan mereka harapkan dari kita yaitu doa dan permohonan ampun
untuknya dalam sujud-sujud kita.
Mari kunjungi
dan bersilaturahmi pada guru mengaji.
Selamat Hari
Guru
0 komentar:
Posting Komentar