Selasa, 8 Maret 2016 Asrama DD Mesir mendatangkan
Ustaz Fahmi Salim, Lc, MA dalam acara bincang santai bertemakan "
Tantangan dakwah di Indonesia, telaah aliran-aliran sesat dan peran ulama dalam
membentengi umat ". Siapa yang tidak kenal dengan sosok beliau, seorang
aktifis yang dikenal dari tulisan-tulisannya dalam mengkritik dan membendung
arus aliran-aliran sesat di Indonesia dan salah satunya adalah JIL. Salah satu
karya beliau yang cukup fenomenal yaitu sebuah buku yang berjudul " Kritik
Terhadap Studi Al-Quran Kaum Liberal " yang merupakan terjemahan dari
tesis beliau sewaktu menempuh Master di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Tesis ini kemudian mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari Al-Azhar sehingga
direkomendasikan untuk dicetak dan disebar keberbagai Universitas di Timur
Tengah.
Kunjungan singkat beliau ke Kairo kali ini adalah
dalam rangka mengajukan judul Disertasi Doktoralnya di Universitas Al-Azhar,
tempat belaiu menuntuk dari jenjang S1 dan S2 dulunya. Walaupun dalam padatnya
kesibukan yang beliau lalui, beliau masih menyempatkan berbagi cerita,
pengalaman dan ilmu bersama para mahasiswa lainnya yang saat ini juga sedang
menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar.
Dalam penyampaiannya, Ustaz Fahmi yang saat ini juga
menjabat sebagai Wakil Sekjen MIUMI dan Sekretaris Biro Dakwah MUI Pusat, menjelaskan bahwa ada tiga peran sentral
Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) dalam mengayomi umat. Yang pertama yaitu
membentengi umat dari aqidah dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang. Maka
dalam hal ini pada tahun 2007 MUI mengeluarkan sepuluh kriteria identifikasi
aliran-aliran sesat di Indonesia. Kemudian sepuluh kriteria ini menjadi sandaran
utama bagi setiap MUI diseluruh Indonesia dalam mengidentifikasi setiap aliran
yang muncul kemudiannya. Yang kedua, membentengi umat dari mengkonsumsi makanan,
minuman dan obat-obatan yang haram. Dalam hal ini MUI mengembangkan LP POM MUI
untuk memeriksa produk-produk makanan, minumam, kosmetik dan obat-obatan dan
menetapkan fatwa halal dan haramnya suatu produk. Kemudian yang ketiga,
menjaga umat dari transaksi keuangan
yang haram. Dalam hal ini MUI membentuk DSN ( Dewan Syariat Nasional ) yang
tugasnya mengawasi seluruh aktifitas perbankkan syariah Nasional dan kemudian
mengeluarkan fatwa-fatwa terhadap produk perbangkan syariah.
Berbicara tentang aliran-aliran sesat, Ustaz
Fahmi mengatakan bahwa sebenarnya mereka tidak memiliki pijakan yang kokoh
dalam mempertahankan ajaran mereka, namun keadaan Indonesia yang sangat luas
dan keadaan pemerintah yang sangat lemah dalam membendung intervensi-intervensi
asing untuk mengakui eksistensi keberadaan mereka atas nama Hak Asasi Manusia,
Demokrasi, kebebasan berpikir, kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat,
akhirnya mereka seolah-olah terlihat kuat padahal tidak kuat. Tapi karena
diliput, discover oleh media dan pendekan yang mereka pakai adalah pendekatan
HAM, kemanusiaan, kebebasan dan sebagainya, maka seolah-olah hal ini menjadi
legitimasi bagi mereka dalam menguatkan ajaran yang mereka bawa.
Berbeda dengan Mesir, aliran-aliran sesat
tersebut tidak bisa berkembang pesat karena Al-Azhar memiliki peran yang kuat dalam
membentengi perkembangan aliran-aliran sesat tersebut.
Berbicara tentang Syiah, Ustaz Fahmi Salim
mengatakan bahwasannya Syiah di Mesir dan Syiah di Indonesia tidaklah sama. Di
Mesir, Syiah tidak bisa berkembang dan jumlah mereka sangat sedikit.
"
Di Mesir, Syiah sangat tertekan karena Al-Azhar itu begitu menghegemoni. Karena
Al-Azhar itu jelas dan tegas dan pemerintah berada di pihak Al-Azhar "
kata Ustaz Fahmi.
Belau menambahkan bahwa di Mesir, Syiah jumlahnya
sedikit dan tidak bisa berkembang. Berbeda dengan di Indonesia, sejak puluhan
tahun telah puluhan bahkan ratusan buku ditulis untuk menjelaskan kesesatan
syiah, namun walau demikian jumlah mereka terus meningkat, militansinya
meningkat dan perjuangan mereka bukan hanya dalam ranah sosial kemasyarakatan
saja, namun mereka juga membangun jaringan kampus dan jaringan keilmuan hingga
mereka masuk dalam ranah politik. Mereka sangat terukur, rapi dan sistematis.
Buku-buku mereka begitu banyak dan jelas-jelas telah menyimpang menyimpang dari
ajaran islam yang berisi cacian dan makian hingga mengkafirkan.
Dalah kesempatan kali ini, Ustaz Fahmi juga
berkomentar terhadap pidato yang disampaikan Syeikhul Azhar Prof. Dr. Ahmad
Thayyib ketika beliau berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. Beliau
mengatakan bahwa pidato Grand Syeikh di kantor MUI beberapa waktu lalu tersebut
memang sedikit membuat gaduh, namun beliau memahami keadaan Grand Syeikh yang
beliau meyakini bahwasannya Syeikh Ahmad Thayyib tidak memiliki data yang
banyak terhadap perkembangan Syiah di Indonesia.
" Pidato Grand Syeikh terlihat kurang
terukur dengan keadaan di Indonesia sebenarnya terhadap perkembangan syiah"
Ungkap Ustaz Fahmi Salim.
Beliau memberi satu contoh kasus yang terjadi di
Sampang. Ini adalah bukti bahwasannya perkembangkan syiah di Indonesia telah
sangat meresahkan. Kaun Sunni di Sampang telah melakukan berbagai dialog,
kesepakatan dan perundingan dengan orang-orang Syiah agar mereka tidak
menyebarkan ajaran mereka. Namun setiapkali kesepakatan dibuat, maka setiap
kali itu jugalah mereka melanggarnya. Akhirnya hal ini membuat keresahan di
tengah masyarakat, maka terjadilah pengusiran terhadap pengikut Syiah. Hal ini
terjadi disebabkan karena akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap keresahan
yang telah diciptakan oleh orang-orang syiah itu sendiri.
Di akhir penyampainnya, Ustaz fahmi mengatakan
bahwasannya kita tidak bisa menganggap remeh aliran sesat di Indonesia meskipun
kecil, karena situasi saat ini telah memasuki zaman demokrasisasi, orientasinya
adalah HAM. Beliau menasehati para hadirin, bahwasannya sebagai mahasiswa yang memiliki
konsentrasi dalam bidang keagamaan, memang harus benar-benar mempersiapkan
diri, menjadi kader-kader yang siap membela umat, siap berdakwah dan siap amar
ma'ruf nahi mungkar dengan ciri khas Al-Azhar.
" Ciri khas Al-Azhar itu ada lima
sebagaimana yang di sampaikan oleh Prof. DR. Hasan Syafii beberapa waktu yang
lalu pada saya, Al-Azhar itu anti kekerasan, anti mengkafirkan, anti tasyayyu', anti wahabi
dan anti liberal" Ungkap Ustaz Fahmi di akhir pembicaraannya.
Pada sesi terakhir dalam dialog ini setelah
melalui sesi tanya jawab, Ustaz Fahmi Salim menghadiahkan dua buku karya beliau
yang berisi kritikan terhadap para pengagung kebebasan dan beberapa majalah
kepada pengurus Asrama Dompet Duafa Mesir dan kemudian dilanjutkan dengan acara
foto bersama. Acara ini berakhir pukul 18.15 CLT dan diakhiri dengan dengan
sholat Maghrib berjamaah.
0 komentar:
Posting Komentar