Minggu, 18 Desember 2016

Dialog Keumatan, Telaah Aliran-Aliran Sesat di Indonesia, bersama Ustaz Fahmi Salim, Lc, MA


Selasa, 8 Maret 2016 Asrama DD Mesir mendatangkan Ustaz Fahmi Salim, Lc, MA dalam acara bincang santai bertemakan " Tantangan dakwah di Indonesia, telaah aliran-aliran sesat dan peran ulama dalam membentengi umat ". Siapa yang tidak kenal dengan sosok beliau, seorang aktifis yang dikenal dari tulisan-tulisannya dalam mengkritik dan membendung arus aliran-aliran sesat di Indonesia dan salah satunya adalah JIL. Salah satu karya beliau yang cukup fenomenal yaitu sebuah buku yang berjudul " Kritik Terhadap Studi Al-Quran Kaum Liberal " yang merupakan terjemahan dari tesis beliau sewaktu menempuh Master di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Tesis ini kemudian mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari Al-Azhar sehingga direkomendasikan untuk dicetak dan disebar keberbagai Universitas di Timur Tengah.
Kunjungan singkat beliau ke Kairo kali ini adalah dalam rangka mengajukan judul Disertasi Doktoralnya di Universitas Al-Azhar, tempat belaiu menuntuk dari jenjang S1 dan S2 dulunya. Walaupun dalam padatnya kesibukan yang beliau lalui, beliau masih menyempatkan berbagi cerita, pengalaman dan ilmu bersama para mahasiswa lainnya yang saat ini juga sedang menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar.
Dalam penyampaiannya, Ustaz Fahmi yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Sekjen MIUMI dan Sekretaris Biro Dakwah MUI  Pusat, menjelaskan bahwa ada tiga peran sentral Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) dalam mengayomi umat. Yang pertama yaitu membentengi umat dari aqidah dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang. Maka dalam hal ini pada tahun 2007 MUI mengeluarkan sepuluh kriteria identifikasi aliran-aliran sesat di Indonesia. Kemudian sepuluh kriteria ini menjadi sandaran utama bagi setiap MUI diseluruh Indonesia dalam mengidentifikasi setiap aliran yang muncul kemudiannya. Yang kedua, membentengi umat dari mengkonsumsi makanan, minuman dan obat-obatan yang haram. Dalam hal ini MUI mengembangkan LP POM MUI untuk memeriksa produk-produk makanan, minumam, kosmetik dan obat-obatan dan menetapkan fatwa halal dan haramnya suatu produk. Kemudian yang ketiga, menjaga umat  dari transaksi keuangan yang haram. Dalam hal ini MUI membentuk DSN ( Dewan Syariat Nasional ) yang tugasnya mengawasi seluruh aktifitas perbankkan syariah Nasional dan kemudian mengeluarkan fatwa-fatwa terhadap produk perbangkan syariah.
Berbicara tentang aliran-aliran sesat, Ustaz Fahmi mengatakan bahwa sebenarnya mereka tidak memiliki pijakan yang kokoh dalam mempertahankan ajaran mereka, namun keadaan Indonesia yang sangat luas dan keadaan pemerintah yang sangat lemah dalam membendung intervensi-intervensi asing untuk mengakui eksistensi keberadaan mereka atas nama Hak Asasi Manusia, Demokrasi, kebebasan berpikir, kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, akhirnya mereka seolah-olah terlihat kuat padahal tidak kuat. Tapi karena diliput, discover oleh media dan pendekan yang mereka pakai adalah pendekatan HAM, kemanusiaan, kebebasan dan sebagainya, maka seolah-olah hal ini menjadi legitimasi bagi mereka dalam menguatkan ajaran yang mereka bawa.
Berbeda dengan Mesir, aliran-aliran sesat tersebut tidak bisa berkembang pesat  karena Al-Azhar memiliki peran yang kuat dalam membentengi perkembangan aliran-aliran sesat tersebut.
Berbicara tentang Syiah, Ustaz Fahmi Salim mengatakan bahwasannya Syiah di Mesir dan Syiah di Indonesia tidaklah sama. Di Mesir, Syiah tidak bisa berkembang dan jumlah mereka sangat sedikit.
" Di Mesir, Syiah sangat tertekan karena Al-Azhar itu begitu menghegemoni. Karena Al-Azhar itu jelas dan tegas dan pemerintah berada di pihak Al-Azhar " kata Ustaz Fahmi.
Belau menambahkan bahwa di Mesir, Syiah jumlahnya sedikit dan tidak bisa berkembang. Berbeda dengan di Indonesia, sejak puluhan tahun telah puluhan bahkan ratusan buku ditulis untuk menjelaskan kesesatan syiah, namun walau demikian jumlah mereka terus meningkat, militansinya meningkat dan perjuangan mereka bukan hanya dalam ranah sosial kemasyarakatan saja, namun mereka juga membangun jaringan kampus dan jaringan keilmuan hingga mereka masuk dalam ranah politik. Mereka sangat terukur, rapi dan sistematis. Buku-buku mereka begitu banyak dan jelas-jelas telah menyimpang menyimpang dari ajaran islam yang berisi cacian dan makian hingga mengkafirkan.
Dalah kesempatan kali ini, Ustaz Fahmi juga berkomentar terhadap pidato yang disampaikan Syeikhul Azhar Prof. Dr. Ahmad Thayyib ketika beliau berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. Beliau mengatakan bahwa pidato Grand Syeikh di kantor MUI beberapa waktu lalu tersebut memang sedikit membuat gaduh, namun beliau memahami keadaan Grand Syeikh yang beliau meyakini bahwasannya Syeikh Ahmad Thayyib tidak memiliki data yang banyak terhadap perkembangan Syiah di Indonesia.
" Pidato Grand Syeikh terlihat kurang terukur dengan keadaan di Indonesia sebenarnya terhadap perkembangan syiah" Ungkap Ustaz Fahmi Salim.
Beliau memberi satu contoh kasus yang terjadi di Sampang. Ini adalah bukti bahwasannya perkembangkan syiah di Indonesia telah sangat meresahkan. Kaun Sunni di Sampang telah melakukan berbagai dialog, kesepakatan dan perundingan dengan orang-orang Syiah agar mereka tidak menyebarkan ajaran mereka. Namun setiapkali kesepakatan dibuat, maka setiap kali itu jugalah mereka melanggarnya. Akhirnya hal ini membuat keresahan di tengah masyarakat, maka terjadilah pengusiran terhadap pengikut Syiah. Hal ini terjadi disebabkan karena akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap keresahan yang telah diciptakan oleh orang-orang syiah itu sendiri.
Di akhir penyampainnya, Ustaz fahmi mengatakan bahwasannya kita tidak bisa menganggap remeh aliran sesat di Indonesia meskipun kecil, karena situasi saat ini telah memasuki zaman demokrasisasi, orientasinya adalah HAM. Beliau menasehati para hadirin, bahwasannya sebagai mahasiswa yang memiliki konsentrasi dalam bidang keagamaan, memang harus benar-benar mempersiapkan diri, menjadi kader-kader yang siap membela umat, siap berdakwah dan siap amar ma'ruf nahi mungkar dengan ciri khas Al-Azhar.
" Ciri khas Al-Azhar itu ada lima sebagaimana yang di sampaikan oleh Prof. DR. Hasan Syafii beberapa waktu yang lalu pada saya, Al-Azhar itu anti kekerasan, anti  mengkafirkan, anti tasyayyu', anti wahabi dan anti liberal" Ungkap Ustaz Fahmi di akhir pembicaraannya.
Pada sesi terakhir dalam dialog ini setelah melalui sesi tanya jawab, Ustaz Fahmi Salim menghadiahkan dua buku karya beliau yang berisi kritikan terhadap para pengagung kebebasan dan beberapa majalah kepada pengurus Asrama Dompet Duafa Mesir dan kemudian dilanjutkan dengan acara foto bersama. Acara ini berakhir pukul 18.15 CLT dan diakhiri dengan dengan sholat Maghrib berjamaah.


0 komentar:

Posting Komentar