Dimata sebagian masyarakat,
hal-hal seperti jenggotan, celana di atas mata kaki, sorban dan jilbab besar
terlihat aneh atau yang lebih kasarnya terkesan cara beragama yang keras. Namun
kita yang memahami hal di atas sepakat bahwasannya hal tersebut adalah sebuah
ke sunnahan. Walaupun di dalamnya tetap terjadi perbedaan dari ulama tentang
hukumnya.
Disini kita tidak akan berbicara
soal hukumnya. Akan tetapi sebuah pertanyaan yang mungkin bisa dilontarkan
kepada kita semua, KENAPA ? Kenapa perasaan alergi masyarakat umum itu bisa ada
?. Apa yang terjadi sebenarnya ?
Mari kita luangkan sedikit waktu
untuk mencoba menjawab bersama pertanyaan ini atau setiap orang yang memiliki
jiwa dakwah.
Kita dapat menilai, bahwa hal ini
bukanlah merupakan kesalahan masyarakat yang telah dianggap menjauh dari
sunnah, akan tetapi hal ini mungkin kesalahan kita sebagai dai yang masih salah
dalam metode dalam berdakwah.
Mari sejenak kita renungi
perkataan Sayyidina Ali Karromallahu wajhah di bawah ini dan bisa dijadikan
bahan muhasabah kita semua, " Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan
kadar akal mereka, apakah kalian ingin mereka mendustai Allah dan Rasulnya
". Kemudian firman Allah yang memerintahkan berdakwah dengan hikmah
dan mau'izhoh hasanah.
Apa yang dapat kita simpulkan….
Bisa jadi rasa yang dirasakan
sebagian masyarakat saat ini ada karena cara dan pemilihan kata yang kita
gunakan dalam berdakwahlah yang mungkin sedikit terjadi kesalahan. Hati manusia
adalah unsur terpenting dalam berdakwah. Hati manusia cinta keindahan dan
perkataan yang penuh kelembutan.
Memang benar,,, sebagain dari
hadits-hadis ada yang berisi tentang ancaman bagi yang menyelisihi
amalan-amalan di atas, namun janganlah terlalau tergesa-gesa berdakwah dengan
ancaman-ancaman.
Coba bayangkan seseorang yang
dalam perjalanan hidupnya yang telah melekat dengan kebiasaan buruk, kemudian
kita datang mendakwahi mereka dengan mengancamnya sebagai ahli neraka.
Kira-kira apa yang akan terjadi? Bukanlah hati mereka yang kita dapat, namun
kebencian dan permusuhan yang akan datang dalam diri mereka.
Tidak, tidak, apa yang kita katakan
tentang hadis-hadis ancaman itu tidaklah salah. Memang benar ada hadis yang
mengatakan demikian. Namun mari kita kembali merenungi perkata Sayyidina Ali di
atas. Masyarakat umum masih butuh diberi pengertian, maka berkatalah yang lembut,
ajaklah mereka dengan hikmah dan kasih sayang. Berikan mereka pendekatan yang
bisa melembutkan hati mereka. Genggam hati mereka dengan akhlak dan kelembutan.
Mulailah dengan pendekatan hati,
berbicara dari hati kehati. Gunakanlah pendekatan cinta, kecintaan pada
Rasulullah. Ungkapan rasa cinta kita kepada Rasulullah adalah dengan cara
mengikuti sunnah_Nya, meniru cara penampilan_Nya, meniru cara berpakain_Nya dan
meniru segala hal yang ada dari diri Rasulullah Sallallahu alaihi wasallah.
Maka kalau kita cinta kepada Rasulullah, ikutilah sunnahnya. Kira-kira adakah
masyarakat yang akan menolak perkataan ini?
Atau menggunakan pendekatan fitrah,
bahwasannya ketika rambut bagi wanita adalah mahkota yang menjadikan mereka
cantik, maka jenggot adalah mahkotanya para lelaki yang melambangkan ketampanan
dan keperkasaan. Atau pendekatan sosial dan kejujuran, bahwasannya dimata para
lelaki soleh, seorang wanita yang menutupi kepalanya dengan menjulurkan jilbab
kedada memiliki nilai plus dimata mereka, mereka menilai kecantikan seorang wanita
itu disaat mereka menjaga diri dengan sebenar-benar menjaga diri.( Misal ) Atau
pendekatan-pendekatan lainnya.
Mungkin mereka tidak akan lansung
mengamalkan apa yang kita katakan. Kalaupun belum bisa mengamalkannya,
setidaknya mereka bisa menghapus ke alergian mereka pada jenggot, celana di
atas mata kaki, jilbab besar dan sorban sehingga mereka menilai hal tersebut
adalah hal yang indah yang suatu saat mesti ia ikuti.
Kemudian uraikan jugalah sedikit
tentang perbedaan ulama dalam hal-hal tersebut. Uraikan perkataan-perkataan
ulama yang sedikit tasamuh dalam hal-hal tersebut. Sehingga mereka merasa tidak
dihakimi. Namun tetap dengan memotifasi untuk bisa mengamalkannya jika sudah
merasa siap, karena hal tersebut lebih baik dan lebih dekat pada Sunnah.
Begitulaah perjalanan dakwah
seharusnya, bertahap dan tidak mengharapkan lansung terjadi perubahan. Karena
agar dakwah bisa diterima tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. kemudian
satu hal yang terpenting, hindarilah berdakwah dengan menebar kebencian. (IH)
Tulisan ini tidaklah bermaksud
untuk menggurui atau terkesan mengajari, namun hanya sekedar berbagi pengalaman
dari perjalanan sebagian ustaz-ustaz yang kita lihat berhasil dalam mengambil
hati madu'nya dalam berdakwah. Sehingga ketika mereka berjenggot, berpakaian bergamis
atau memakai sorban, tidak ada yang berpikiran aneh-aneh kepada mereka. Namun
kecintaan lah yang mereka dapatkan. Kita mesti belajar pada mereka…
0 komentar:
Posting Komentar