Minggu, 18 Desember 2016

Fenomena Alergi Jenggot dan Celana di Atas Mata Kaki.


Dimata sebagian masyarakat, hal-hal seperti jenggotan, celana di atas mata kaki, sorban dan jilbab besar terlihat aneh atau yang lebih kasarnya terkesan cara beragama yang keras. Namun kita yang memahami hal di atas sepakat bahwasannya hal tersebut adalah sebuah ke sunnahan. Walaupun di dalamnya tetap terjadi perbedaan dari ulama tentang hukumnya.

Disini kita tidak akan berbicara soal hukumnya. Akan tetapi sebuah pertanyaan yang mungkin bisa dilontarkan kepada kita semua, KENAPA ? Kenapa perasaan alergi masyarakat umum itu bisa ada ?. Apa yang terjadi sebenarnya ?

Mari kita luangkan sedikit waktu untuk mencoba menjawab bersama pertanyaan ini atau setiap orang yang memiliki jiwa dakwah.

Kita dapat menilai, bahwa hal ini bukanlah merupakan kesalahan masyarakat yang telah dianggap menjauh dari sunnah, akan tetapi hal ini mungkin kesalahan kita sebagai dai yang masih salah dalam metode dalam berdakwah.

Mari sejenak kita renungi perkataan Sayyidina Ali Karromallahu wajhah di bawah ini dan bisa dijadikan bahan muhasabah kita semua, " Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal mereka, apakah kalian ingin mereka mendustai Allah dan Rasulnya ". Kemudian firman Allah yang memerintahkan berdakwah dengan hikmah dan mau'izhoh hasanah.

Apa yang dapat kita simpulkan….
Bisa jadi rasa yang dirasakan sebagian masyarakat saat ini ada karena cara dan pemilihan kata yang kita gunakan dalam berdakwahlah yang mungkin sedikit terjadi kesalahan. Hati manusia adalah unsur terpenting dalam berdakwah. Hati manusia cinta keindahan dan perkataan yang penuh kelembutan.

Memang benar,,, sebagain dari hadits-hadis ada yang berisi tentang ancaman bagi yang menyelisihi amalan-amalan di atas, namun janganlah terlalau tergesa-gesa berdakwah dengan ancaman-ancaman.
Coba bayangkan seseorang yang dalam perjalanan hidupnya yang telah melekat dengan kebiasaan buruk, kemudian kita datang mendakwahi mereka dengan mengancamnya sebagai ahli neraka. Kira-kira apa yang akan terjadi? Bukanlah hati mereka yang kita dapat, namun kebencian dan permusuhan yang akan datang dalam diri mereka.

Tidak, tidak, apa yang kita katakan tentang hadis-hadis ancaman itu tidaklah salah. Memang benar ada hadis yang mengatakan demikian. Namun mari kita kembali merenungi perkata Sayyidina Ali di atas. Masyarakat umum masih butuh diberi pengertian, maka berkatalah yang lembut, ajaklah mereka dengan hikmah dan kasih sayang. Berikan mereka pendekatan yang bisa melembutkan hati mereka. Genggam hati mereka dengan akhlak dan kelembutan.

Mulailah dengan pendekatan hati, berbicara dari hati kehati. Gunakanlah pendekatan cinta, kecintaan pada Rasulullah. Ungkapan rasa cinta kita kepada Rasulullah adalah dengan cara mengikuti sunnah_Nya, meniru cara penampilan_Nya, meniru cara berpakain_Nya dan meniru segala hal yang ada dari diri Rasulullah Sallallahu alaihi wasallah. Maka kalau kita cinta kepada Rasulullah, ikutilah sunnahnya. Kira-kira adakah masyarakat yang akan menolak perkataan ini?

 Atau menggunakan pendekatan fitrah, bahwasannya ketika rambut bagi wanita adalah mahkota yang menjadikan mereka cantik, maka jenggot adalah mahkotanya para lelaki yang melambangkan ketampanan dan keperkasaan. Atau pendekatan sosial dan kejujuran, bahwasannya dimata para lelaki soleh, seorang wanita yang menutupi kepalanya dengan menjulurkan jilbab kedada memiliki nilai plus dimata mereka, mereka menilai kecantikan seorang wanita itu disaat mereka menjaga diri dengan sebenar-benar menjaga diri.( Misal ) Atau pendekatan-pendekatan lainnya.

Mungkin mereka tidak akan lansung mengamalkan apa yang kita katakan. Kalaupun belum bisa mengamalkannya, setidaknya mereka bisa menghapus ke alergian mereka pada jenggot, celana di atas mata kaki, jilbab besar dan sorban sehingga mereka menilai hal tersebut adalah hal yang indah yang suatu saat mesti ia ikuti. 

Kemudian uraikan jugalah sedikit tentang perbedaan ulama dalam hal-hal tersebut. Uraikan perkataan-perkataan ulama yang sedikit tasamuh dalam hal-hal tersebut. Sehingga mereka merasa tidak dihakimi. Namun tetap dengan memotifasi untuk bisa mengamalkannya jika sudah merasa siap, karena hal tersebut lebih baik dan lebih dekat pada Sunnah.

Begitulaah perjalanan dakwah seharusnya, bertahap dan tidak mengharapkan lansung terjadi perubahan. Karena agar dakwah bisa diterima tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. kemudian satu hal yang terpenting, hindarilah berdakwah dengan menebar kebencian. (IH)


Tulisan ini tidaklah bermaksud untuk menggurui atau terkesan mengajari, namun hanya sekedar berbagi pengalaman dari perjalanan sebagian ustaz-ustaz yang kita lihat berhasil dalam mengambil hati madu'nya dalam berdakwah. Sehingga ketika mereka berjenggot, berpakaian bergamis atau memakai sorban, tidak ada yang berpikiran aneh-aneh kepada mereka. Namun kecintaan lah yang mereka dapatkan. Kita mesti belajar pada mereka…

0 komentar:

Posting Komentar